Kamis, 13 April 2023

Ini tentang seseorang yang telah lama pergi, namun aku sendiri baru menyadari bahwa dia tak pernah benar-benar pergi, setidaknya dari pikiranku

Hening memecah kerinduan. Layar benderang ini setia menemaniku bermain jentikan jemari. Dalam hangatnya balutan selimut aku mencoba mencari celah untuk tak terjaga terlalu lama, namun kerinduan akan sosokmu terus membekas di hati. Aku bersama pekat di sini, lekat dengan sepi dan dingin malam menyelimutiku. Berbeda denganmu yang mungkin ditemani temaram lampu serta keramaian yang riuh, gaduh, menghilangkan aku dari pikiranmu. Sedang diliputi rasa lelah namun aku lebih diliputi resah, selain bayangan senyum terkhirmu yang masih bersemayam di benakku.

Bukan lagi kesepian akan kepergianmu yang menggelayut di pikiran, jika memang aku tidak pernah bergantung atas keberadaanmu di sisiku. Namun tak dapat kupungkiri ketika sepasang mataku tak berhenti mencoba mencari batang hidungmu, tetapi nihil yang aku dapat mengingat kau sedang jauh di sana. Maaf aku tak bisa ucapkan apa untuk mengiringi perjalananmu. Hanya secuil uluman senyum yang kuharap menyisakan ingatan selama waktumu berada di sana. Lekaslah kembali, sebelum 12 hari kembali memisahkan, serta jarak Banjar-Tejakula membentangi kerinduanku.

 

Jum’at, 10 Juni 2016

#pkb_dps



Sabtu, 26 November 2016

Benarkah rasa itu ada? Ketika bibir berkata iya, namun hati terasa ragu. Kamu terlalu rumit memikirkan tentang rasa yang tumbuh dengan rasa yang harus ada. Nyatanya kamu ingin memilikinya tanpa kamu berusaha menamai perasaan lalu menyimpulkannya.

 

Selasa, 29 November 2016

Benarkah kamu memilikinya? Rasa ragu selalu menang di antara rasa-rasa yang lain. Benarkah kamu menyukainya? Lalu di mana letak garis tipis yang mampu membedakannya dengan rasa kagum? Tolol! Kamu berpikir terlalu jauh. Cukup jalani saja, toh lidahmu sudah berkata iya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar