Sabtu, 28 Januari 2017

write for fun!

Peningkatan Kualitas Perpustakaan Sebagai Upaya Menumbuhkan Minat Membaca
Kondisi perpustakaan sekolah di Indonesia dapat dikatakan menyedihkan. Penelitian tahun 2006 lalu menyatakan, tidak semua sekolah memiliki perpustakaan serta tidak semua perpustakaan mempunyai tenaga pustakawan. Perpustakaan di sekolah negeri dan swasta pun memiliki koleksi buku terbatas. Dari total jumlah Sekolah Dasar (SD) di Indonesia yang mencapai 148 ribu lebih, SD yang memiliki perpustakaan baru 50 ribu (30%); SMP, 13 ribu perpustakaan (36%) dan SMA, 9 ribu perpustakaan (54%).  
Perpustakaan sekolah yang seharusnya menjadi pusat informasi dan berkembangnya ide bagi warga sekolah, justru belum dapat berperan. Sekolah dengan perpustakaan saja belum dapat memberikan hasil optimal bagi warganya, lalu bagaimana kabar sekolah yang tidak memiliki perpustakaan?
Perpustakaan sekolah merupakan pilar penting dalam tolok ukur keberhasilannya sebagai penyedia informasi dan sarana pengembangan ide bagi warga sekolah utamanya siswa. Keadaan perpustakaan sekolah merupakan hal pertama yang menarik pengunjung untuk membaca buku. Bisa dibayangkan, bagaimana pemikiran pengunjung ketika memasuki ruang perpustakaan yang kumuh, sehingga hampir mirip seperti gudang. Tentu saja, minat baca pengunjung seketika langsung pudar begitu melihat tata ruang perpustakaan yang buruk.
Pembangunan untuk pendidikan
Pembangunan merupakan jembatan untuk menuju keberhasilan dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat tidak pernah lepas dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam suatu negara. Perpustakaan, yang merupakan “jantung sekolah” sangat berperan penting dalam proses pendidikan dalam hal membangun karakter siswa serta perkembangan berpikir dan imajinasi. Pemerintah sudah terlalu banyak mengeluarkan dana hanya untuk mewujudkan pendidikan yang lebih memadai. Tak hanya dalam bentuk materi, telah banyak kiat-kiat pemerintah yang dikerahkan untuk pendidikan. Sebagai contoh, pergantian kurikulum dalam kurun waktu tertentu, yang diharapkan dapat merubah kualitas pendidikan, justru tidak dapat berfungsi dengan baik. Kurikulum 2013 yang dirancang sedemikian rupa, toh pada akhirnya berhenti diterapkan dan diganti kembali ke KTSP 2006.
Ke mana dibawa bantuan dana miliaran rupiah dari pemerintah oleh para pihak pendidikan? Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan, sepertinya tak dirasakan oleh mayoritas sekolah di Indonesia, hingga koleksi buku-buku di sejumlah perpustakaan masih kurang. Hal ini merupakan cerminan bahwa salah satu faktor penyebab kurangnya kualitas pendidikan terletak pada tanggung jawab pihak pendidikan.
Peningkatan kualitas perpustakaan
Sebenarnya, tak perlu sesuatu yang besar untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Semua dapat dilakukan mulai dari hal yang kecil. Tata ruang perpustakaan yang baik akan memberikan aura positif bagi para pengunjung. Pelayanan pustakawan yang ramah menjadikan pengunjung merasa terbantu dan lebih dihargai kedatangannya. Suasana demikianlah yang membuat pengunjung merasa nyaman dan betah berada di perpustakaan. Dari rasa nyaman tersebut, diharapkan dapat meningkatkan minat membaca pengunjung secara tidak langsung.
Tanggung jawab tangan-tangan pihak pendidikan juga sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Jangan sampai, bantuan yang seharusnya tersalurkan dan dinikmati oleh sekolah-sekolah, malah menyasar pada pihak yang bukan menjadi haknya. Kerja sama yang terjalin erat di antara semua pihak, baik pihak pemerintah maupun pihak pendidikan, akan menciptakan keberhasilan proses pendidikan.
Dengan adanya perpustakaan yang berkualitas, diharapkan pula minat membaca dari warga sekolah utamanya siswa, semakin mengalami progres. Sehingga, peran perpustakaan sebagai pusat penyedia informasi dapat terealisasikan dengan berkembangnya ide, gagasan, serta wawasan baru melalui membaca. (wjy)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar