Peningkatan
Kualitas Perpustakaan Sebagai Upaya Menumbuhkan Minat Membaca
Kondisi
perpustakaan sekolah di Indonesia dapat dikatakan menyedihkan. Penelitian tahun
2006 lalu menyatakan, tidak semua sekolah memiliki perpustakaan serta tidak
semua perpustakaan mempunyai tenaga pustakawan. Perpustakaan di sekolah negeri
dan swasta pun memiliki koleksi buku terbatas. Dari total
jumlah Sekolah Dasar (SD) di Indonesia yang mencapai 148 ribu lebih, SD yang
memiliki perpustakaan baru 50 ribu (30%); SMP, 13 ribu perpustakaan (36%) dan
SMA, 9 ribu perpustakaan (54%).
Perpustakaan
sekolah yang seharusnya menjadi pusat informasi dan berkembangnya ide bagi
warga sekolah, justru belum dapat berperan. Sekolah dengan perpustakaan saja
belum dapat memberikan hasil optimal bagi warganya, lalu bagaimana kabar
sekolah yang tidak memiliki perpustakaan?
Perpustakaan
sekolah merupakan pilar penting dalam tolok ukur keberhasilannya sebagai
penyedia informasi dan sarana pengembangan ide bagi warga sekolah utamanya
siswa. Keadaan perpustakaan sekolah merupakan hal pertama yang menarik
pengunjung untuk membaca buku. Bisa dibayangkan, bagaimana pemikiran pengunjung
ketika memasuki ruang perpustakaan yang kumuh, sehingga hampir mirip seperti
gudang. Tentu saja, minat baca pengunjung seketika langsung pudar begitu
melihat tata ruang perpustakaan yang buruk.
Pembangunan untuk pendidikan
Pembangunan
merupakan jembatan untuk menuju keberhasilan dalam mewujudkan kesejahteraan
rakyat. Kesejahteraan rakyat tidak pernah lepas dari proses pendidikan yang
berlangsung di dalam suatu negara. Perpustakaan, yang merupakan “jantung
sekolah” sangat berperan penting dalam proses pendidikan dalam hal membangun
karakter siswa serta perkembangan berpikir dan imajinasi. Pemerintah sudah
terlalu banyak mengeluarkan dana hanya untuk mewujudkan pendidikan yang lebih
memadai. Tak hanya dalam bentuk materi, telah banyak kiat-kiat pemerintah yang
dikerahkan untuk pendidikan. Sebagai contoh, pergantian kurikulum dalam kurun
waktu tertentu, yang diharapkan dapat merubah kualitas pendidikan, justru tidak
dapat berfungsi dengan baik. Kurikulum 2013 yang dirancang sedemikian rupa, toh pada akhirnya berhenti diterapkan
dan diganti kembali ke KTSP 2006.
Ke
mana dibawa bantuan dana miliaran rupiah dari pemerintah oleh para pihak
pendidikan? Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan, sepertinya tak
dirasakan oleh mayoritas sekolah di Indonesia, hingga koleksi buku-buku di
sejumlah perpustakaan masih kurang. Hal ini merupakan cerminan bahwa salah satu
faktor penyebab kurangnya kualitas pendidikan terletak pada tanggung jawab
pihak pendidikan.
Peningkatan kualitas perpustakaan
Sebenarnya,
tak perlu sesuatu yang besar untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Semua dapat dilakukan mulai dari hal yang kecil. Tata ruang perpustakaan yang
baik akan memberikan aura positif bagi para pengunjung. Pelayanan pustakawan
yang ramah menjadikan pengunjung merasa terbantu dan lebih dihargai
kedatangannya. Suasana demikianlah yang membuat pengunjung merasa nyaman dan
betah berada di perpustakaan. Dari rasa nyaman tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan minat membaca pengunjung secara tidak langsung.
Tanggung
jawab tangan-tangan pihak pendidikan juga sangat dibutuhkan dalam mewujudkan
pendidikan yang bermutu. Jangan sampai, bantuan yang seharusnya tersalurkan dan
dinikmati oleh sekolah-sekolah, malah menyasar pada pihak yang bukan menjadi
haknya. Kerja sama yang terjalin erat di antara semua pihak, baik pihak
pemerintah maupun pihak pendidikan, akan menciptakan keberhasilan proses
pendidikan.
Dengan
adanya perpustakaan yang berkualitas, diharapkan pula minat membaca dari warga
sekolah utamanya siswa, semakin mengalami progres. Sehingga, peran perpustakaan
sebagai pusat penyedia informasi dapat terealisasikan dengan berkembangnya ide,
gagasan, serta wawasan baru melalui membaca. (wjy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar